Ketika Anakku Memukul Temannya

18 Januari 2022

Aku menghadapi hari yang tak mudah hari ini. Aku sedang bersinggungan dengan trigger yang cukup membuat aku cemas. Hari-hari ini juga hari-hari mendekati periode menstruasiku dimana masa-masa ini biasanya aku lebih sensitif. Ditambah, anakku memukul temannya yang bermain di rumah.

Kondisi yang tak nyaman ditambah perilaku anak yang tak baik membuatku rasa-rasanya ingin segera memarahinya seperti biasanya. Kesalahan anak seperti itu biasanya jadi makanan empuk untukku melampiaskan segala emosi yang ada.

Namun, hari ini berbeda. Aku cukup tenang menghadapi anak. Aku memanggil anakku untuk datang padaku. Bertanya padanya apa yang terjadi. Bertanya juga pada adiknya apa yang terjadi. Aku tak bisa bertanya pada teman anakku karena dia langsung menagis dan pulang setelah dipukul.

Anakku mulai bercerita apa yang terjadi. Dia bilang temannya merusak kartu yang sudah dia tata dan saat dia minta kembalikan ke susunan semula, temannya tidak bisa. Akhirnya anakku memukul temannya karena marah.

Lalu terjadilah dialog antara aku dan anakku. Kira-kira seperti ini ringkasan dialogku bersama anakku.

M: Baik, Mama tahu kamu marah karena kartumu dirusak. Tapi memukul bukan cara yang benar untuk marah. Mama marah karena kamu memukul. Kamu tahu kesalahanmu?

A: Aku tidak tahu.

M: Baiklah, kamu boleh pikirkan dulu kesalahanmu, kalau sudah, kamu bisa kembali kesini dan bilang pada Mama.

Sepertinya dia tahu, hanya saja dia tidak mau menjawab. Saat aku minta dia untuk berpikir, dia langsung menjawab pertanyaanku.

A: Aku memukul.

M: Lalu, kalau kamu tahu kesalahanmu, apa yang harus kamu lakukan?

A: minta maaf.

M: Jadi kapan kamu mau minta maaf?

A: Aku mau minta maaf kalau dia sudah minta maaf.

M: Kalau itu adikmu, Mama bisa bilang adikmu untuk minta maaf. Tetapi kalau itu temanmu, Mama tidak bisa meminta atau menyuruhnya. Itu diluar kendali Mama. Kamu boleh minta dia untuk minta maaf karena merusak saat kamu bicara padanya. Tetapi kalau pun dia tidak minta maaf, ya tidak apa-apa yang penting kamu minta maaf atas kesalahanmu. Jadi kamu akan minta maaf kapan?

A: nanti kalau ketemu.

M: Baik, sambil Mama kasih batasan ya. Sampai jam 3 sore ini gimana?

Anakku mengangguk lalu dia minta dipeluk. Kami berpelukan sambil aku bilang padanya aku marah sekali karena dia memukul. Tetapi aku juga bangga karena dia mau jujur dan mau minta maaf. Aku juga minta maaf padanya karena sempat menaikkan suara karena jengkel menghadapinya. Ya, dalam percakapan di atas, ada beberapa part dimana aku terpancing emosi.

Aku juga bilang padanya, dia melakukan kesalahan, tetapi aku tetap menyayangi dan mencintainya. Dalam hidup, kita boleh melakukan kesalahan, selama kita mau berusaha untuk memperbaiki dan meminta maaf jika melakukan kesalahan ke orang.

Tak lupa, kami mendiskusikan alternatif tindakan yang bisa dia lakukan saat dia marah.

Beberapa saat kemudian, teman anakku datang kembali. Mereka main kembali seperti semula. Anakku juga bilang, dia sudah minta maaf ke temannya.

Dan begitulah aku dan anakku menyelesaikan masalah. Walaupun sempat jengkel dan menaikkan nada suara, aku tetap bersyukur aku bisa bertumbuh. Dulu, aku reaktif hampir 100%. Sekarang aku bisa lebih responsif saat menghadapi anak.

Aku memaafkan anakku karena melakukan kesalahan. Aku juga memaafkan diriku atas ketidaksempurnaan ku saat menghadapi anak. Aku memaafkan nada tinggiku yang sempat mewarnai diskusiku bersama anak.

Semoga ini bisa jadi pembelajaran untukku dan anakku.

Ya, aku berproses mengelola emosi dan belajar bagaimana bertindak ketika menghadapi masalah bersama anakku.

Kudus, 16 November 2022

4 Komentar

  • Nurul Fe 18 Januari 2022pada13:56

    Top Mam dan Akhtar. Tiap kali Mbak Tutik posting blog, jiwa menulis ku berontak pingin posting juga, wkkkk

    • tutikandarini 26 Januari 2022pada03:16

      Ayuk semangat nulis Mbak Nurul 🙂

  • Helena 26 Januari 2022pada16:33

    Kalimat marahmu positif sekaliii Mbak Tutik. Aku bakal menjelajah blog ini nih buat cari inspirasi gimana hadapi anak-anak kalau mereka berbuat negatif. Salam kenal, ya!

    • tutikandarini 27 Januari 2022pada12:35

      MasyaAllah. Terima kasih. Salam kenal juga Mbak Helena 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *