11 Juli 2020
Sekitar 3 minggu yang lalu. Keluarga Novada membuat family project kedua.Mama sebagai PJ waktu itu.
Karena saat itu anak-anak terlihat sedang tertarik dengan layang-layang, maka mama memutuskan untuk bermain layang-layang di tanah lapang di dekat tempat tinggal.
Tanah lapang ini adalah sebuah tanah kosong yang sepertinya akan dibangun perumahan. Disekililingnya terdapat kebun singkong, tebu, dll. Luas dan sepi. Kami merasa aman bermain disitu dimasa pandemi seperti ini.
Pukul 07.30 WIB, setelah sarapan, berangkatlah kami naik motor kesana. Sesampainya disana kami langsung bermain layang-layang. Akhtar berlarian mencoba menerbangkan layang-layang. Papa mencoba menerbangkan layang-layang milik Arfa.
Entah apa yang terjadi, layang-layang tak bisa naik ke atas. Papa pun sudah mencoba berbagai macam cara untuk menerbangkannya. Tapi belum berhasil.
Anak-anak mulai bosan dengan layang-layang. Akhtar mulai mencari kegiatan lain. Dia tertarik dengan angka-angka yang terdapat pada patok-patok dari semen. Sepertinya menunjukkan nomor rumah. Patok-patok tersebut banyak yang tak terlihat karena tertutup rerumputan yang meninggi. Serasa menemukan harta karun, Akhtar sangat senang saat menemukan patok bernomor tersebut disela-sela rumput. Pun dengan Arfa. Dia mengikuti apa yang kakaknya lakukan. Berlarian mencari patok-patok dan heboh saat bisa menemukannya.
Lalu, saat mencari patok tersebut, Akhtar dan Arfa menemukan jalan setapak. Akhtar penasaaran dan ingin menyusuri jalan setapak tersebut. Maka kami minta ke papa untuk menyusuri jalan tersebut saja, dan menyimpan layang-layang.
Kami mulai berjalan meyusuri jalan setapak yang kadang mulus, kadang terjal. Di sebelah kanan dan kiri terdapat kebun singkong, tebu, rimpang-rimpangan, dll. Banyak pula serangga yang kami temui. Ada kupu-kupu, belalang, jangkrik, bahkan beberapa serangga yang kami belum tahu namanya.
Terus berjalan, kami menemukan beberapa kolam ikan. Ada kolam yang berisi ikan-ikan kecil, ada yang mulai mengering, adapula yang ditumbuhi kangkung.
Kami juga menemukan rumah pohon. Terlihat bagus. Anak-anak ingin naik tetapi kami tak tahu rumah pohon tersebut milik siapa. Maka kami tak berani menaikinya.
Bersyukur, keinginan Akhtar untuk menaiki rumah pohon terlaksana beberapa hari kemudian. Rumah pohon tersebut ternyata milik keluarga Mbak R, sahabat Akhtar. Saat Mbak R bersepeda kesana bersama keluarganya, Akhtar ikut dan akhirnya bisa naik rumah pohon. Terima kasih ya Mbak R dan keluarga. ?
Nah, lanjut cerita perjalanan kami menyusuri jalan setapak,
Kami kembali ke kolam pertama. Kami duduk-duduk disana. Minum, mengobrol dan melihat-lihat pemandangan.
“Mah, lihat ada asap! Warnanya hitam!” Seru Akhtar ketika melihat asap dari sebuah bangunan.
“Oiya, asapnya tebel ya Akhtar,” jawab saya.
“Mah, kasian buminya ya, kalau ada asap hitam gitu.” kata Akhtar.
“Iya, ya, buminya kasian ya. Terus gimana donk?” tanya saya.
“Harusnya ga dibakar sampai asapnya warna hitam gitu.” kata Akhtar.
Yups, sejak dibacakan buku tentang lingkungan, Akhtar memang tambah aware terhadap lingkungan. Semoga ya nak, kelak kau jadi salah satu orang yang bisa menjadi agen perubahan, terutama untuk bumi yang kita tinggali ini.
Baca: Buku tentang lingkungan
Sekitar 2 jam kami berinteraksi dengan alam. Matahari mulai meninggi dan menyengat di kulit. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Hanya dua jam, namun banyak sekali yang kami dapat. Yang pasti kami mendapat hawa baru karena sudah lama di rumah saja. Anak-anak belajar mengenal ciptaan Allah secara langsung. Motorik kasar terasah lewat berjalan di jalan sempit, naik dan turun. Memegang batu, tanah, rerumputan pun mengasah motorik halus mereka. Mereka juga belajar angka dan huruf dari patok-patok nomor rumah. Dan yang pasti anak-anak bahagia bermain.
Kegiatan sederhana dan “terlihat” biasa saja ini bagi kami, terutama saya, adalah kegiatan berharga. Sehingga setelah itu, bermain di tanah kosong ini jadi kegiatan favorit kami hampir setiap weekend. Malahan sekarang kami kesana pakai sepeda. Jadilah tambah seru. ?
Oiya, tak lupa kegiatan ini mama dokumentasikan sebagai jurnal kegiatan anak. Untuk sementara masih Akhtar yang dibuatkan jurnal. Semoga dalam waktu dekat, Arfa juga segera bisa mama buatkan.
Berikut jurnal kegiatan Akhtar
Karena mama kemarin dapat materi tentang talent observation, maka mama tambahin aktivitas-aktivitas yang dilakukan Akhtar saat bermain di alam.
1. Observing : Saat mengamati belalang dan mengamati bagian-bagian tubuhnya.
2. Informing: Saat menyampaikan perasaan dan pikiran kepada Mama, Papa, dan Arfa
3. Communicating: saat berdiskusi tentang banyak hal
4. Controlling: Saat meminta Mama, Papa, dan Arfa mengikuti kemauannya untuk menyusuri jalan setapak.
5. Ideating: Saat punya gagasan untuk menyusuri jalan setapak
6. Physical Skill: Saat berjalan di jalan sempit tidak rata, naik turun, berlari, dll.
7. Restoring: Saat membetulkan patok nomor rumah.
8. Spiritualizing: Saat bilang MasyaAllah, Ya Allah ketika melihat sesuatu yng menurutnya menakjubkan.
Delapan aktivitas yang mama temukan (dari 144 aktivitas) ketika Akhtar bermain di alam. Mungkin ada beberapa aktivitas yang belum teridentifikasi Mama. Semoga mama bisa terus berlatih sehingga lebih akurat dan lebih banyak yang terdokumetasi.
Aamiin. . .
Satu Komentar
Wah keren journal ya mbak