Covid-19, virus yang saat ini sedang menyebar ke seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Yang sudah dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO. Covid-19 adalah salah satu bahasan menarik saat ini karena telah banyak merubah tatanan kehidupan. Termasuk ekonomi.
Banyak pekerja yang biasanya bekerja di kantor, harus bekerja di rumah. Bahkan tak sedikit yang di rumahkan karena pengurangan produksi. Atau pelaku bisnis kecil yang dibayang-bayang gulung tikar karena adanya anjuran untuk di rumah saja dan pembatasan sosial berskala besar.
Kondisi ini lah yang kemudian membuat kami membuat projek keluarga yang bertemakan sosial: Berbagi saat Pandemi. Tujuannya adalah agar anak-anak belajar berempati dengan merasakan langsung menyiapkan dan membagikan bingkisan kepada yang membutuhkan.
Kami sempat berpikir untuk mencari tahu tetangga yang terdampak melalui RT atau RW. Atau membeli dagangan petani atau pebisnis yang terdampak covid-19.
“Pah, ayok lah pah tanya ke pak RT siapa aja yang membutuhkan.” Kata saya pada suami.
“Mama ajalah, kan papa ga kenal. Sungkan juga.” Jawab suami.
Dan begitulah, maju mundur karena kami sama-sama perlu tenaga luar biasa untuk bertanya, mendata, dll dari orang yang belum kami kenal. Maklum, winning others over kami di tes Tallent Mapping hitam. Artinya kami ini tak bisa sok kenal sok dekat walaupun untuk tujuan yang baik.
Dan akhirnya, kami memilih berbagi ala keluarga kami.
Kami membeli beberapa bahan pokok di warung tetangga lalu membungkusnya dalam plastik.
Saya dan suami membuat anggaran dan memilih apa saja yang akan ada dalam bingkisan.
Akhtar dan Arfa bertugas memasukkan bahan makanan pokok ke dalam plastik lalu membawanya ke dalam mobil.
Di hari yang sudah kami tentukan, kami berkeliling Kudus. Saat ada tukang becak, pedagang kecil, petugas kebersihan, tukang sol sepatu, orang yang sudah sepuh, dll, kami berhenti. Lalu saya (yang betugas menyerahkan) keluar mobil untuk memberikan bingkisan.
Ada rasa haru sekaligus bahagia saat melihat orang yang kita beri merasa bahagia. Dan sepertinya itu pula lah yang di rasakan anak-anak.
“Mah, kakeknya kasihan ya mah.” Kata Akhtar setelah melihat saya memberikan bingkisan kepada bapak tukang becak yang sudah sepuh.
Dia juga banyak bertanya saat ada pengamen cilik menghampiri kami. Dia bertanya kok anak kecil kerja, kok anak kecil ga sama mama papanya, mama papanya kemana, dll.
Yang pada akhirnya tercetus dari mulut mungilnya suatu saat ingin membantu mereka dengan memberi mereka uang.
Respon dan perkataan Akhtar itulah yang semakin menguatkan kami bahwa anak-anak sejatinya terlahir baik. Mereka telah membawa fitrah-fitrah baik sejak mereka lahir. Yang akan tumbuh subur jika mereka diijinkan untuk tumbuh sesuai fitrah yang sudah Allah instal di dalam diri mereka.
Dan tentu saja respon dan tanda-tanda yang Akhtar berikan ini menjadi bank data untuk kami. Yang kemudian kami jadikan jurnal kegiatan anak.
Berikut jurnal kegiatan (portofolio) Akhtar saat menjalani projek ini.
Semoga kegiatan kami ini bisa membangkitkan rasa empati anak-anak sekaligus membantu saudara-saudara yang membutuhkan. Tak banyak dan sebatas kemampuan kami. Dan tentu saja disesuikan dengan keunikan keluarga kami yang bisa jadi berbeda dari keluarga lain.
Oiya, walaupun sudah sangat terlambat,
Saya tetap ingin mengucapkan
Selamat idul fitri 1441
Mohon maaf lahir dan batin
Tidak ada Komentar