Akhir-akhir ini, banyak berita berseliweran tentang seorang bayi 5 bulan yang di kubur hidup-hidup oleh ibunya sendiri. Hal miris dan menyedihkan. Terasa menyayat hati membaca kondisi bayi yang belum juga membaik sampai saat ini. Mata tak terasa sudah berkaca-kaca. Langsung teringat pada 2 anak yang saat ini sedang tidur. Namun, kali ini saya tak ingin terlalu banyak membahas tentang anak tersebut. Saya lebih tertarik dengan kondisi si ibu. Ibu yang ternyata sudah mengalami depresi sejak usia kandungan 7 bulan. Begitu informasi yang diperoleh dari pihak keluarga. Yang saat ini sedang diselidiki lebih lanjut oleh polisi tentang kebenarannya. Terlepas benar atau tidaknya depresi si ibu, saya hanya ingin berempati pada si ibu. Bagaimanapun baby blues dan postpartum depression (PPD) itu nyata dan ada di sekitar kita. Bahkan mungkin dirasakan oleh orang-orang disekitar kita. Nah, agar lebih aware tentang baby blues dan PPD ini, mari kita uraikan satu persatu. Baby blues Baby Blues biasanya ditandai dengan perubahan emosi yang cukup signifikan pada ibu. Perubahan emosi tersebut terlihat dari naik turunnya emosi, rasa sedih, mudah lupa, mudah tersinggung dan stres ketika bayi lahir. Ibu yang mengalami Baby Blues juga sering menangis dan sering merasa cemas karena takut tidak bisa merawat bayinya dengan baik. Baby Blues dipercaya lebih…
Setiap ada pertemuan selalu ada perpisahan. Kalimat yang sering kita dengar atau baca. Kejadian yang juga lekat dikehidupan kita. Pun dengan kami. Istri-istri yang sudah bekomitmen dengan pekerjaan suami yang berpindah-pindah. Dua hari lalu, tepatnya hari Selasa, kami melepas 2 teman untuk menemani suami masing-masing ke tempat tugas yang baru. Diadakan acara perpisahan sekaligus arisan rutin bulanan. Saat saya bercerita tentang pertama kali naik motor bertiga bersama anak-anak. Baca : Akhirnya saya naik motor bertiga Perpisahan ini mengingatkan saya tentang kepindahan kami sekitar 1 tahun yang lalu. Dari Bekasi ke Kudus. Setelah keluar pengumuman mutasi, dua minggu waktu suami untuk lapor di kantor yang baru. Artinya 2 minggu pula waktu kami untuk packing. Banyak hal yang perlu dipikirkan. Barang-barang yang akan dibawa, tempat tinggal di tempat yang baru, juga tentang overcredit rumah yang kami tempati. Belum lagi 2 anak yang masih sama-sama kecil. saya belum mampu betul beradaptasi dengan kehadiran anak kedua (yang waktu itu berusia 1 tahun) sudah harus beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan baru. Yang nantinya juga harus mengatasi kondisi adaptasi yang akan dialami anak-anak. Adaptasi yang berlipat-lipat. Tetangga yang sudah seperti saudara sempat kaget tentang kepindahan kami. Namun, mereka melepas kami dengan baik. Mereka bahkan memberikan kami kejutan…
Hari ini saya ingin mengapresiasi diri sendiri. Pasalnya, saya bisa mengendarai sepeda motor bertiga bersama anak. Setelah sekian lama akhirnyaaa, saya berani dan sukses. Sukses dalam artian bisa sampai di rumah kembali dalam keadaan selamat. Hehehe. Ah iya, sebenarnya saya ini termasuk pengendara yang pasif. Kemana-mana dianter. Entah sama suami, sopir ojek online, sopir bis, atau sopir angkot. Pernah waktu SMP saya belajar naik motor. Beberapa kali sampai lancar. Saat dirasa bisa sendiri, saya diminta mengendari motor di depan oleh pengajar saya. Dia di belakang. Saya mau-mau saja, tetapi saat itu saya ingat saya agak ragu. Keraguan ditambah jalan sempit berkelok-kelok membuat saya limbung. Motor pun tak dikendalikan. Kami masuk ke saluran air (yang untungnya tak ada airnya). Alhamdulillah kami tak apa, hanya lecet sedikit dan beberapa memar. Beberapa hari kemudian, baru saya ketahui bahwa kemarin kepala kami hampir kena batu besar. Artinya, meleset sedikit saja, kami sudah terkena batu itu. Entah jadinya seperti apa. Kejadian beserta cerita tentang batu besar itu membuat saya semacam memiliki trauma. Membuat saya tak lagi mau belajar motor. Bahkan beberapa tahun kemudian saat saya belajar motor lagi, saya berkeringat dingin saat harus mengendarai jalan menurun. Terdiam terpaku. Sampai seseorang yang tak saya kenal membantu…
“Mah, mau jajan”. Pinta Arfa dengan bahasanya Yang belum sempurna. “Jajannya nanti habis bobok siang ya Arfa”. Jawab saya. “Kenapa habis bobok siang mah?”Tanya Arfa lagi. “Karena tadi udah maem jajan, jadi maem jajannya nanti habis bobo siang lagi yaa.” Jawab saya lagi. Arfapun melanjutkan bermain. Namun, beberapa waktu kemudian. “Mah, mau jajan mah.” ??? Pernah ada yang mengalami hal seperti ini? Sudah beberapa kali anak diberitahu tentang kapan boleh melakukan sesuatu tetapi anak bertanya lagi dan lagi. Arfa, si dua tahun, pun seperti itu. Dulu sempat bingung mengapa anak-anak begitu. Mengapa anak-anak tak juga paham apa yang sudah disepakati. Pertanyaan saya terjawab saat ikut seminar PSPA oleh Abah Ihsan. Waktu itu beliau memberi contoh tentang seorang anak yang diajak ke supermarket. Sebelum ke supermarket, orang tua sudah membuat kesepakatan bahwa nanti di supermarket mama papa hanya berbelanja, si anak tak beli apa-apa. Yang terjadi selanjutnya adalah si anak merengek minta es krim saat tiba di supermarket. Kemudian tantrum. Cerita yang tak asing ya. Lekat sekali dengan kehidupan kita yang memiliki anak usia dini. Abah Ihsan menjelaskan bahwa ini adalah hal yang lumrah. Terjadi karena si anak belum paham konsep waktu. Baginya sekarang ya sekarang. Tak ada nanti, besok,…
Yayasan kami pernah mengundang Dr. dr. H. Taufik Pasiak M.Pd, IM. Kes (semoga tidak ada kesalahan dalam penulisan titel) seorang ahli otak (yang mau tahu lebih lanjut tentang beliau, silakan meng-googlenya sendiri), dalam sebuah seminar. Kata beliau kurang lebih seperti ini: saya heran, orang tua zaman sekarang ini seneng banget kalau anaknya sudah bisa baca sejak usia dini. Kayaknya semakin muda anaknya bisa baca, emaknya semakin bangga. Padahal ya, kalau dilihat dari ilmu otak, Allah belum mempersiapkan otak anak yang berusia 5 tahun untuk bisa membaca. Kenapa? karena huruf itu adalah simbol (gambar yang bentuknya begini:K, dibaca nya KA. Dan kalau ditambah dengan sesuatu yg berbentuk i, dibaca KI. ) Itu seperti menuangkan air ke gelas yang belum ada. Apa yang terjadi kalau kita menuangkan air ke gelas yang tidak ada? Ya, airnya tumpah kemana-mana. Begitulah kira-kira perumpamaannya. ‘Pemaksaan’ tersebut berdampak ke bagian-bagian otak yang lain yang bisa jadi tidak langsung terlihat dampaknya, tapi tetap berdampak.” Kalimat di atas adalah perkataan Ibu Elly Risman (Psikolog) di FB Kita dan Buah Hati untuk menjawab pertanyaan seorang ibu tentang sekolah anak usia dini. Kali ini saya khusus mengutip bagian yang membaca saja. Karena hal ini berkaitan dengan kebimbangan saya beberapa hari ini. Ya,…
Ada yang bisa menebak apa yang terjadi? Hmmm, itu hasil karya anak kedua saya, Arfa. Buku yang baruuuu saja saya beli harus rela terpotong covernya. Si dua tahun ini memang lagi senang-senangnya menggunting. Salah saya memang tak meletakan buku di tempat seharusnya. Si buku berakhir menjadi bahan “prakarya”-nya. Walaupun sebenarnya sudah disiapkan kertas tersendiri untuk bahan mengguntin. Hmmm. Bersyukur yang digunting hanya sampulnya saja. Saya masih bisa membaca isi bukunya. Alhamdulillah. Beberapa waktu lalu, suami juga mendapati guling yang ternyata ada bekas guntingannya. Ternyata si anak menggunting guling setelah dia menggunting camilannya. Kreatif bukan? Hanya itu? Tentu tidak. Tahu Pillo? Kucing peliharaan baru kami? Dia juga jadi bahan uji cobanya penggunaan gunting oleh Arfa! Baca: Pillo, Kucing Peliharaan Kami Sudah 2 kali bulu cantik Pillo digunting oleh Arfa. Bersyukur tak menyakiti Pillo. Juga tak terlalu kentara. Sudah tak terhitung berapa kali kami sounding Arfa untuk tidak menggunting bulu Pillo, tapi nampaknya belum dipahami betul oleh Arfa. Semoga hanya 2 kali ini saja yaa Arfa. Ah iya, anak 2 tahun itu juga sedang belajar bermain peran bukan? Arfa pun begitu. Beberapa kali dia seolah-olah menjadi tukang cukur rambut. Sayangnya, yang dijadikan langganannya adalah kakaknya, Akhtar. Wuih, seru betul jika ini terjadi. Akhtar…
Siapa yang tak kenal kucing? Ya kucing adalah hewan peliharaan paling populer saat ini. Mamalia yang sudah berbaur dengan kehidupan manusia sejak 6.000 tahun SM. Suami dan kedua jagoan, Akhtar dan Arfa adalah pecinta kucing. Sejak kecil, suami sudah merawat kucing. Katanya sih sampai tidurpun bersama kucing. Sepertinya, kecintaannya terhadap hewan ini menurun pada anak-anak. Akhtar dan Arfa selalu heboh saat bermain bersama kucing. Saat ada kucing tetangga atau kucing liar datang ke rumah, mereka ribut minta makanan untuk dikasih. Tak heran jika setiap hari banyak kucing datang ke rumah. Ada 3 sampai 4 yang berkeliaran di rumah. Suami dan anak-anak memang sepertinya memiliki kecerdasan naturalis yang baik. Berbeda dengan saya yang sepertinya memiliki kecerdasan naturalis yang rendah. Saya tak terlalu bisa merawat hewan ataupun tanaman. Kedatangan kucing-kucing ke rumah sebenarnnya membuat saya tak nyaman. Namun, melihat binar dikedua mata anak saya saat melihat kucing, membuat saya tak tega mengusir hewan itu dari rumah. Akhtar bahkan pernah menyiapkan tempat tidur untuk kucing dari selimut bayi dan selimut kucing dari sarung guling. Mereka memperlihatkan kelembutan dan rasa sayang pada kucing-kucing tersebut. Masalahnya, kucing-kucing yang datang ke rumah terkadang menimbulkan masalah. Ada yang BAB sembarangan. Ada yang pipis sembarangan juga. Yang ternyata…
Akhtar memegang piala dan menerima hadiah-hadiah. Saya memandang haru sekaligus mengabadikan momen tersebut melalui ponsel saya. Itulah yang saya bayangkan beberapa hari ini. Tentang kompetisi lego yang akan diadakan minggu depan. Yaaa, Hari Jumat kemarin kami mendaftarkan Akhtar di kelas robotik. Kelas yang diadakan setiap 1 minggu sekali selama 90 menit. Akhtar mendaftar untuk Sabtu sore. Kelas ini sebagai pendukung saja. Menyalurkan apa yang menjadi kesukaannya yaitu lego dan robot. Akhtar masuk kelas paling dasar. Belajar tentang menyusun lego. Sekaligus belajar bersosialisasi diluar lingkungan keluarganya. Saat pendaftaran, kami diberi info tentang lomba yang akan diadakan. Lomba menyusun lego berdasarkan ketepatan dan kecepatan. Melihat gambar yang diperlihatkan untuk lomba, saya yakin Akhtar bisa. Akhtar biasa merangkai lego yang lebih rumit. Terbersit dibenak saya untuk mendatar. Saya bertanya beberapa poin tentang lomba tetapi dipotong suami. Suami bilang untuk saat ini tak usah dulu Akhtar ikut lomba. Di rumah, kami mendiskusikan kembali. Sayapun bercerita tentang kemungkinan Akhtar menang melihat objek yang dilombakan tak terlihat sulit. Giliran suami yang goyah. Membayangkan Akhtar memenangkan kompetisi. Saya kemudian yang menguatkan untuk tak ikut dulu. Hal-hal seperti inilah yang membuat saya bersyukur, kami memiliki pandangan yang sama mengenai parenting. Ya kami bisa saling mengingatkan dan menguatkan. Saat saya mulai…
Indonesia tanah airku Tanah tumpah darahku Disanalah aku berdiri Jadi pandu ibuku Indonesia kebangsaanku Bangsa dan Tanah Airku Marilah kita berseru Indonesia bersatu Hiduplah tanahku Hiduplah negriku Bangsaku Rakyatku semuanya Bangunlah jiwanya Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku negriku yang kucinta Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku negriku yang kucinta Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya Familiar dengan lagu ini? Ya, lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Lagu kebangsaan Indonesia yang kita banggakan. Lagu yang biasanya dinyanyikan disetiap upacara bendera hari Senin. Lagu yang berkumandang gagah kala perayaan kemerdekaan. Juga lagu yang mengundang haru ketika dinyanyikan ketika warga Indonesia memenangkan kejuaraan tertentu di kancah internasional. Saat seorang atlit memenangkan medali emas di olimpiase misalnya. Lagu yang menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia ini beberapa hari kebelakang menjadi lagu wajib di rumah kami. Bisa dinyanyikan 5 sampai 10 kali dalam sehari. Ya, lagu ini menjadi salah satu lagu pengantar tidur Arfa. Semenjak di sapih, cara tidur Arfa berubah-ubah. Kadang dia bisa tidur hanya dengan dikeloni. Beberapa kali dengan cerita. Beberapa hari ini dia bisa tidur dengan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya agak lupa tepatnya bagaimana dia bisa sangat kekeuh minta…
Aaah, beberapa hari saya tak menulis. Sudah banyak tema berkelebat di kepala, tetapi rasa-rasanya malas untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Penyakit lama. Duh Harus segera diperbaiki ini. Hmmm. Pertama, ijinkan saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk anak sulung saya, Akhtar. Ahad, tanggal 3 Maret kemarin dia berulang tahun yang kelima. Semoga Akhtar menjadi anak sholeh penyejuk hati kedua orang tua. Selalu dalam lindungan Allah lagi diberi sisa usia yang berkah. Aamiin. Di hari ulang tahunnya tersebut, kami berkesempatan mengunjungi Kebun Naga alias perkebunan buah naga di Kudus. Tak sengaja, suami pernah melihat gerbang kebun tersebut. Di depan gerbang tertulis informasi bahwa kebun tersebut hanya buka di hari Ahad mulai jam 8 pagi. Sejak saat itu, kami berkeinginan untuk mengunjunginya. Jadilah hari Ahad kemarin, bertepatan dengan ulang tahun Akhtar, kami berkunjung. Anggap saja sebagai perayaan ulang tahunnya. ? Apa saja sih yang ada di Kebun Naga? Ya, Hutan Naga Kota Kudus, begitulah kata-kata yang ada di gerbang masuk kebun buah naga ini. Kami disambut ramah seorang bapak separuh baya (sayangnya kami lupa bertanya siapa nama beliau). Sepertinya pengelola. Beliau memandu kami berkeliling di dalam kebun buah naga. Berdasarkan keterangan bapak tersebut, salah satu tujuan adanya perkebunan buah naga ini adalah untuk…