Oleh Ust. Abdul Kholid Perbedaan homeschooling dan home education Homeschooling Seolah-olah memindah sekolah ke rumah. Metode dan sistem sama seperti di sekolah. Orang tua membuat jadwal belajar untuk anak dengan target-target dan ada panduannya. Home education Bukan memindahkan sekolah di rumah. Namun, seperti orang tua mengasuh anaknya ketika dibawah 1 tahun. Hanya mendampingi. Bukan memasukkan berbagai macam ilmu, tetapi mengeluarkan kemampuan-kemampuan anak untuk ditumbuhkan. Berikut fase-fase fitrah yang harus ditumbuhkan berdasarkan usia. Fase usia 0-7 tahun menumbuhkan fitrah keimanan; Fase usia 7-10 tahun menumbuhkan fitrah belajar; Fase usia 10-14 (baligh) menumbuhkan fitrah bakat (mulai penjurusan arah bakatnya); 14 (baligh) diharapkan sudah dewasa dan sudah berkarya. Sudah memiliki peran di masyarakat. Fase-fase penumbuhan fitrah ini tidak bisa diterapkan di sekolah. Apa sih yang membuat orang tua galau untuk melaksanakan home education? Mindset orang tua bahwa home education itu memindahkan sekolah di rumah. Jadi terlihat berat. Pandangan masyarakat. Akan ada banyak tekanan dari masyarakat dan anggapan bahwa anak belajar di rumah (tidak sekolah) adalah anak yang tidak terdidik. Padahal pemerintah sendiri sebenarnya mewajibkan wajib belajar 9 tahun bukan wajib sekolah 9 tahun. Belum banyak yang melaksanakan home educatian sehingga pelaksana home education akan menjadi orang asing dan dianggap sebelah mata. …
Akhir-akhir ini si papa lagi hobi banget bikinin Akhtar prakarya dari kardus. Karya pertama adalah rumah dari kardus. Dari kardus lemari es, dibuat lah pintu dan jendela dibawahnya diberi selimut dan bantal. Jadilah Akhtar berimajinasi memiliki rumah. Mengajak kami bermain di rumah nya dan mengobrol. Bahkan sekali, dia pernah tidur siang sendiri di rumah nya itu. He is soooo happy, hanya karena kardus dibolongin. ?? Beberapa malam berikutnya, giliran baju dan helm robot. Setelah jadi? Mainlah mereka perang-perangan. Jangan ditanya keadaan rumah yaa. Kayak kapal pecah. ?. Tapi saya bahagia. Bahagia melihat keakraban dan kebahagiaan Akhtar dengan papanya. Bagi saya, momen seperti ini termasuk hal berharga. Mahal sekali harganya. Mengingat di zaman sekarang ini, banyak sekali ayah/bapak/papa yang kadang tak punya waktu untuk bercengkerama dengan anak-anaknya karena pekerjaan. Sooo, that was precius moment for us. Semoga hal-hal semacam ini bisa dikenang oleh Akhtar sampai dewasa. Aamiin. Dan ternyata, keikutsertaan ayah dalam pengasuhan sangat besar manfaatnya ya. Jadi sebenarnya apa sih manfaat kedekatan anak dengan ayahnya? Berikut saya rangkum beberapa manfaat kedekatan anak dengan ayah: Selama empat dekade penelitian dan ratusan penelitian telah membuktikan, ayah yang ikut…
Alhamdulillah 5 hari sudah kita menjalankan puasa Ramadhan. Lima hari sudah Allah membuka lebar-lebar pintu surga dan mengobral pahala. Jika beberapa hari sebelum Ramadhan di Kudus puanasnya poool, awal puasa ini teduh dan tak terlalu panas. Masyaa Allah. Baiknya Allah kepada kita yaaa. ? Berbicara tentang puasa, tahun ini sulung kami Akhtar mulai belajar puasa. Awalnya si 4 tahun ini tertarik ikut puasa karena buku yang dia baca. Di buku “Ramadhan Pertamaku” ada part dimana sang tokoh mendapat hadiah setelah melaksanakan puasa. Setelah membaca bagian itu, dia minta ikut puasa Ramadhan agar mendapat hadiah. Sebenarnya, saya pribadi kurang sreg dengan pemberian hadiah untuk belajar ibadah. Namun tak apa, Allah pun juga menjanjikan sebuah hadiah (pahala) jika kita bisa melaksanakan puasa Ramadhan. Semoga awal belajar puasa yang menyenangkan (read: mendapat hadiah) bisa membuat dia merasakan indah dan menyenangkannya Ramadhan. Semoga kelak, ketika dia sudah mulai paham, saya bisa meluruskan niat puasanya untuk beribadah kepada Allah. Nah, karena tak ingin fokus pada puasa saja, akhirnya saya membuat beberapa aktivitas untuk dijalankan selama 30 hari oleh Akhtar. Agar lebih mudah dipahami oleh Akhtar, aktivitas-aktivitas tersebut dibuat dalam bentuk gambar kemudian ditempel di stik es krim untuk kemudian ditaruh di amplop…
Lima tahun pertama itu . . . Katanya penuh tantangan, Katanya fase adaptasi, Katanya waktu untuk menyamakan frekuensi, Katanya berat dan rawan berpisah. Nyatanya, Yaa, Lima tahun pertama itu sangat menantang, membuat nafas terengah, kami lewati dengan penuh lika liku, suka duka, tawa air mata, dan penuh warna. Nyatanya, pernikahan itu bukan sesuatu yang semuanya indah, tapi komitmen. Komitmen untuk beribadah dan berjuang menuju tujuan bersama. Nyatanya, walaupun kami sudah kenal sejak SMP, 4 tahun 1 kelas (2 tahun di SMP dan 2 tahun di SMA) tidak bisa menghindarkan kami dari proses itu. Proses menyamakan frekuensi. Karakter, budaya keluarga, dan lingkungan yang berbeda membuat kami bak bumi dan langit. Ibarat warna, hitam dan putih. Jauh berbeda. Jika saya orang yang 90% serius, dia 90% suka bercanda. Jika saya berpikir dari umum ke detail, dia berpikir dari detail ke umum. Jika saya lebih berpikir tentang sekarang, dia lebih berpikir kelak. Jika saya tipe belajar visual, dia tipe belajar auditori. Daaaan masih banyak perbedaan-perbedaan lain. Maknanya, begitulah jodoh ya. Semua sudah ditentukan oleh Allah dan tentu saja ada maksud Allah di sana. Bisa jadi kami dipersatukan untuk saling belajar. Saya belajar sense of humor dari suami dan suami belajar sedikit serius…
Akhtar: “mau bobo sama mamah” Arfa: “nen nen nen” Saya: “bobo sama-sama yaaa” Akhtar: “ga mau” Saya: “kalo gitu tunggu adek bobo yaaa” Akhtar: “terus akhtar sama siapaaa”? Saya: ? Atau Akhtar dan arfa membaca buku bersama Akhtar: “mah, ini tikus? Kok ada yang bobo di sini, ada yang bobo di sana?” Arfa: “nih nih nih” (nunjuk gambar minta dikasih tahu gambar apa) Saya: “rumahnya ada dua Akhtar” Akhtar: “kok ada dua?” Arfa: “mah mah mah” Saya: “itu pinguin” (jawab pertanyaan Arfa) Arfa: “nih nih nih” (nunjuk gambar yang lain) Saya: mulai panik, bingung Akhtar & Arfa: “maaaahhhh!!!!!” Atau Akhtar: “punya kuuu” Arfa: (lari sambil sembunyiin mainan) Akhtar: “punyakuu” Tarik-tarikan mainan berdua Akhtar & Arfa: “huaaa huaa huaa” (nangis sama-sama) Beberapa cuplikan adegan “seru” dan “menantang” dari ibu dengan bayi dan todller. Yup yang satu umur 4 tahun 2 bulan yang satu lagi umur 1 tahun 5 bulan. Dua-duanya masih perlu perhatian khusus. Dua-duanya tahunya ibu nya hanya miliknya. Masya Alloh, indah. ??? Normal jika Akhtar cemburu, wajar jika Akhtar merasa adek mengganggu. Merasa bahwa setelah ada adik ada yang berubah dari mama papanya. Hal itu lah yang selalu saya tanamkan dalam pikiran saya. Walaupun Akhtar sudah…
Unik dan istimewa. Begitulah setiap manusia diciptakan, termasuk anak-anak. Pun anak-anak saya, punya dua anak artinya punya dua bintang. Mereka bersinar dengan cara dan tempat yang berbeda. Artinya apa? Artinya kita sebagai orang tua harus tahu bagaimana membuat mereka bersinar sesuai warna dan tempat mereka sendiri. Bagaimana caranya? Belajar. Ya!, orang tua harus belajar, karena menjadi orang tua adalah pekerjaan dengan tanggung jawab besar yang tanda tangan kontraknya adalah dengan Sang Pemilik anak. Berat ya maak. Sangat berat, tapi Alloh sudah menitipkan artinya Alloh percaya sama kita. Tinggal kita berusaha untuk menjadi orang tua yang terus berubah menjadi lebih baik untuk tanggung jawab yang ga ada sekolahnya ini yaa. Tamparan buat diri sendiri yang masih suka khilaf dan lupa. Maafkan mamahmu ini ya naak. Kembali lagi, membahas tentang anak adalah bintang. Setelah anak kedua lahir, semakin jelas bahwa anak-anak sudah terinstal software masing-masing pada diri mereka. Mereka lahir dari rahim yang sama tapi mereka punya pribadi yang berbeda. Apakah salah satu dari mereka lebih baik dari yang lain? TIDAK!! Pakai huruf kapital buat pengingat diri sendiri ya mak, karena mamak ini masih suka membandingkan walau di dalam hati, kadang suka keceplosan juga. ???. Sekali lagi tidak ya mak. Mereka punya…
Hmmm, sedikit cerita tentang menulis. Bagi saya menulis adalah bagian dari diri saya sejak kecil. Menulis adalah teman saya bertumbuh. Tempat paling nyaman dan aman untuk mengeluarkan apa saja yang ada di kepala dan hati. Setelah itu? Ploooong. Tak heran jika ada banyak tumpukan buku diary di rumah. Kalau dibaca lagi lucu dan kok gitu siiih. Tapi, Alhamdulillah sejak kecil saya menemukan “menulis”. Saya tak tahu apa jadinya saya jika tak ada dia. Bisa jadi, kegalauan dan ketidaknyamanan saya, menyalur di jalan yang salah. Mengingat, saya sulit sekali bercerita kepada orang lain karena saat itu yang saya pikirkan adalah orang lain menganggap saya aneh dan tidak mau menerima cerita saya. Maklum yaa, masih dalam proses pencarian jati diri. ? Mulai dari SD berlanjut sampai SMA saya menulis di diary. Segala macam perasaan tergores disana dan entah mengapa semakin produktif ketika sedih atau kecewa. Sempat juga menulis novel di buku berhalaman 58 lembar. Full tulisan tangan saya. Bercerita tentang seorang anak perempuan dari kalangan orang berada menyamar menjadi asisten rumah tangga di suatu rumah yang dia tidak kenal siapa-siapa disitu. Tujuannya apa? Agar mendapat cinta sejati. Duuuuuh, pasaran dan teenlit banget yaaa, hihihi. Karena memang saat itu referensi bacaan saya kebanyakan…
Ramadhan sudah semakin dekat. Tamu Agung yang ditunggu-tunggu segera datang. Selayaknya akan kedatangan tamu Agung, kami sekeluarga ingin menyambutnya dengan sebaik mungkin dan dengan senang gembira. Beberapa kegiatan menyambut Ramahan kami persiapkan, antara lain: 1. Membacakan dan Menceritakan Tentang Ramadhan Membacakan buku tentang ramadhan dan apa saja yang akan kami lakukan ketika Ramadhan kepada Akhtar adalah salah satu kegiatan yang kami lakukan sebelum Ramadhan. Berikut buku tentang Ramadhan yang kami bacakan untuk Akhtar, Ulasan tentang buku ini saya tulis lain waktu ya. ? 2. Membuat Kalender Ramadhan Kegiatan lain yang kami persiapkan adalah membuat kalender Ramadhan. Pembuatan kalender ini sudah saya lakukan sejak 1 minggu yang lalu bersama anak-anak. Dimulai dari pembeliaan bahan-bahan seperti: Kertas asturo; Penggaris; Lem; Selotip; Spidol. Kedua anak saya terlibat dalam pembelian. Proses yang menurut saya paling menantang adalah ketika memulai pembuatan. Darimana saya harus memulai. Berapa ukuran kotak dan jarak antar kotak. Dan tentu, tantangan utama datang dari kedua jagoan yang semangat “membantu”. Ibu-ibu yang punya balita dan toddler pasti tahu lah ya, “membantu” disini artinya apaaa. ???. Memberikan kegiatan lain ketika saya mengukur dan menghitung adalah salah satu cara saya mengalihkan perhatian mereka dari acara sakral saya ini. Tapiii, tetap…
Merantau itu apa sih? Menurut KBBI: ran·tau n 1 pantai sepanjang teluk (sungai); pesisir (lawan darat): berlayar sepanjang –; 2 daerah (negeri) di luar daerah (negeri) sendiri atau daerah (negeri) di luar kampung halaman; negeri asing;teluknya dalam, — nya sakti, pb tidak mudah dikalahkan; me·ran·tau v 1 berlayar (mencari penghidupan) di sepanjang rantau (dari satu sungai ke sungai lain dan sebagainya); 2 pergi ke pantai (pesisir); pergi ke negeri lain (untuk mencari penghidupan, ilmu, dan sebagainya);~ di sudut dapur, ~ ke ujung bendul, pb pergi mencari penghidupan ke tempat yang tidak berapa jauh; pe·ran·tau n 1 orang yang mencari penghidupan, ilmu, dan sebagainya di negeri lain; 2 orang asing; pengembara; pe·ran·tau·an n 1 negeri lain tempat mencari penghidupan dan sebagainya; 2 daerah yang didiami oleh orang yang berasal dari daerah lain; se·ran·tau n satu rantau; kawan senasib (seperguruan dan sebagainya);segan bergalah hanyut ~ , pb jika tidak mau berusaha, (kita) akan mendapat bencana Intinya merantau itu adalah mencari penghidupan atau ilmu di negeri atau di daerah lain ya mak. Jauh dari keluarga dan jauh dari kenyamanan. Saya merantau dari umur 18 tahun. Sampai sekarang artinya sudah 11 tahun saya merantau (jadi tahu lah ya, sekarang umur saya berapa, udah tuaa ?). Dulu, saya tidak pernah menyangka akan merantau. Pun harus sekolah ke luar kota, yang saya bayangkan adalah kota di sekitaran kota kelahiran yang hanya…
Beberapa waktu yang lalu gara-gara ketemu gambar hasil USG adek, Akhtar ribut minta hasil USG punya dia. Akhtar: “Mah, foto Akhtar pas di perut mama mana?” Saya: “Yuk, kita cari yuk” Dan akhirnya, ketemulah hasil USG Akhtar. Dia bawa kemana-mana dan dia lihat hasil USG nya dengan seksama. Akhtar: “Mah dulu akhtar ga punya mata? Ga punya telinga? Ga punya tangan?” Saya: “Iya, dulu pas di perut mama, awalnya Akhtar cuma buletan kecil ga punya mata, ga punya telinga, ga punya tangan. Tapi, lama-lama Akhtar tumbuh, punya jantung, punya mata, punya telinga. Siapa yang kasih Akhtar?” Akhtar: “Allah” Saya: “Allah baik banget ya sama Akhtar?” Akhtar: “Allah baik” Kemudian terdiam sejenak… Akhtar: “Dulu Akhtar di perut mama? Keluarnya dari mana? Dari atas apa dari bawah?” Saya: “Dari bawah” Akhtar: “Dari bawah mana? Kaki mama? Kaki mama diapain sama pak dokter?” Saya terdiam. Ya Alloh, gimana ini jawabnya yaa. Perasaan sudah sering baca-baca soal begini, kok ya masih bingung jawabnya. Pikir saya dalam hati. Saya: “Akhtar, mama cari tau jawabannya dulu ya. Besok kalau udah tau jawabannya mama kasih tau Akhtar” Akhtar: “Gamau mah, maunya sekarang” Sayapun menghela nafas. Bingung gimana ini kalau kasusnya kayak gini. Mama galau…